Siapa sih yang tidak mau mendapatkan yang terbaik? Dari hal kecil hingga hal yang besar, jika bisa semuanya adalah yang terbaik atau sempurna. Walau sulit untuk mendapatkan hal yang sempurna dalam hidup ini.
Ada seorang sahabat (gadis), tiba-tiba datang dan curhat pada saya. Sebuah kesempatan untuk belajar menjadi pendengar yang baik, sekaligus untuk lebih mengenal sahabat saya ini.
Gadis ini merasa kebingungan akan orang yang akan dipilihnya sebagai partner karena banyak kriteria yang diinginkan. Dalam hati berkata dunia ini memang penuh dengan pilihan, tapi untuk mendapatkan yang terbaik dan sempurna sangatlah sulit.
Saya bertanya:
"Partner ideal seperti apa yang lo harapkan? Bukankah cukup melihat dari kemauan, kemampuan, kepastian, keberanian, kemandirian dan bertanggung jawab?"
Jawaban si gadis:
"Itu tidak cukup. Laki-laki harus memiliki bibit, bebet, dan bobot. Bibit yang menunjukan keturunan yang beretika dalam kehidupan sosial. Bebet atau kapasitas yang berarti usaha yang dilakukan. Bobot sebagai mutu yang ditunjukan dengan pendidikan yang baik dan kemampuan..
Selain itu pria itu juga harus memiliki denyut jantung kehidupan, nurani hati kemanusiaan, percaya pada imannya, mendapatkan dengan halal, menjalankan amanah dan sederajat."
Tunggu! Bingung menghampiri saya karena harus mencerna lagi apa yang dimaksud partner oleh gadis itu. Partner yang berarti mitra (rekan) - pasangan dalam belajar, kongsi (kawan) - pacar - persekutuan dagang, koalisi - kerja sama partai, atau pendamping -pasangan berkeluarga. Hehe, hampir mirip dengan suatu persahabatan. Berpikir sejenak..........
Saya bertanya lagi :
"Lalu, apa yang menjadikan lo ragu?"
Dijawabnya:
"Saya memiliki pilihan dan manakah yang terbaik menurutmu? Seseorang yang segala sesuatunya dipikir secara masak baru diambil keputusan yang tepat (sistematis), atau seseorang yang segalanya dijalankan terlebih dahulu, permasalahan yang timbul adalah urusan belakangan (praktis), atau yang satu lagi yaitu melakukan segala sesuatunya demi kehebohan dan kesohoran(dramatis)."
Jawaban saya:
"Apa yang menjadi tujuanmu? Partner untuk status sosial atau untuk pacar hah?! Saya bertanya seperti itu karena dalam hati berkata jika untuk status sosial maka jalankan dahulu nanti baru dilihat (berjalan tanpa ada tujuan) yang penting ia hidup tidak sendirian, tapi jika partner untuk status sosial maka haruslah dipikir matang, baru diputuskan."
Jawaban terbaik ada pada diri sendiri, tidak perlu dukun, karena dengan pertimbangan yang tepat berdasarkan rasio dan resiko, maka diri anda dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Untuk mendapatkan yang terbaik harus disertai dengan tujuan dan tentu dalam prosesnya penuh dengan tantangan dan perjuangan apalagi yang dituju adalah perjalanan dalam suatu kebersamaan bukan status kepentingan sesaat.
"Berikan aku pilihan yang terbaik, jawabannya ada pada diri sendiri karena itulah yang dimiliki (fisik, pikiran, kemampuan) dan yang terbaik untuk diri kita."
Ada seorang sahabat (gadis), tiba-tiba datang dan curhat pada saya. Sebuah kesempatan untuk belajar menjadi pendengar yang baik, sekaligus untuk lebih mengenal sahabat saya ini.
Gadis ini merasa kebingungan akan orang yang akan dipilihnya sebagai partner karena banyak kriteria yang diinginkan. Dalam hati berkata dunia ini memang penuh dengan pilihan, tapi untuk mendapatkan yang terbaik dan sempurna sangatlah sulit.
Saya bertanya:
"Partner ideal seperti apa yang lo harapkan? Bukankah cukup melihat dari kemauan, kemampuan, kepastian, keberanian, kemandirian dan bertanggung jawab?"
Jawaban si gadis:
"Itu tidak cukup. Laki-laki harus memiliki bibit, bebet, dan bobot. Bibit yang menunjukan keturunan yang beretika dalam kehidupan sosial. Bebet atau kapasitas yang berarti usaha yang dilakukan. Bobot sebagai mutu yang ditunjukan dengan pendidikan yang baik dan kemampuan..
Selain itu pria itu juga harus memiliki denyut jantung kehidupan, nurani hati kemanusiaan, percaya pada imannya, mendapatkan dengan halal, menjalankan amanah dan sederajat."
Tunggu! Bingung menghampiri saya karena harus mencerna lagi apa yang dimaksud partner oleh gadis itu. Partner yang berarti mitra (rekan) - pasangan dalam belajar, kongsi (kawan) - pacar - persekutuan dagang, koalisi - kerja sama partai, atau pendamping -pasangan berkeluarga. Hehe, hampir mirip dengan suatu persahabatan. Berpikir sejenak..........
Saya bertanya lagi :
"Lalu, apa yang menjadikan lo ragu?"
Dijawabnya:
"Saya memiliki pilihan dan manakah yang terbaik menurutmu? Seseorang yang segala sesuatunya dipikir secara masak baru diambil keputusan yang tepat (sistematis), atau seseorang yang segalanya dijalankan terlebih dahulu, permasalahan yang timbul adalah urusan belakangan (praktis), atau yang satu lagi yaitu melakukan segala sesuatunya demi kehebohan dan kesohoran(dramatis)."
Jawaban saya:
"Apa yang menjadi tujuanmu? Partner untuk status sosial atau untuk pacar hah?! Saya bertanya seperti itu karena dalam hati berkata jika untuk status sosial maka jalankan dahulu nanti baru dilihat (berjalan tanpa ada tujuan) yang penting ia hidup tidak sendirian, tapi jika partner untuk status sosial maka haruslah dipikir matang, baru diputuskan."
Jawaban terbaik ada pada diri sendiri, tidak perlu dukun, karena dengan pertimbangan yang tepat berdasarkan rasio dan resiko, maka diri anda dapat memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Untuk mendapatkan yang terbaik harus disertai dengan tujuan dan tentu dalam prosesnya penuh dengan tantangan dan perjuangan apalagi yang dituju adalah perjalanan dalam suatu kebersamaan bukan status kepentingan sesaat.
"Berikan aku pilihan yang terbaik, jawabannya ada pada diri sendiri karena itulah yang dimiliki (fisik, pikiran, kemampuan) dan yang terbaik untuk diri kita."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar